Laut Biru
kala
Tangkuban Perahu, menyingsingkan
lengan..
tak
lepas pandangnya pada kabut menaungi Selat
Sunda
di
biru laut perahu kayu, tak kuasa menahan
ombak sendu merayu
saat
teduh, semilir angin pasat mengundang Tuna dan Calang,
mereka
mangais di lautan biru, tak pernah surut
menjaga hidup...
di liku raksasa biru negeriku, mereka bertegur
sapa
dalam
usungan ramah merekah milik nenek moyang ,
dari
cakrawala timur sang mentari terbit tanah Papua
hingga
kaki langit barat Andalas , beratap Bukit Barisan.
mari
kita simak jala dan kail mereka, dalam kata santun
mereka
tak lebih dari sepiring dua piring nasi....
tapi
mereka terpincing kedua matanya bila malam menyelimut
berdendang
dengan angin muson dan kemarau
tak
pernah menyerpih hasrat mengepalkan tangan..
mengotori
jalan jalan yang berlobang
atau
berdasi semu milik sang koruptor
laut
biru cukup memberi janji, tak pernah
usai ...
mereka
menebarkan sari dalam buih putih,
menyelipkan
seribu ikan di karang dan palung
tak
pernah sepotong katapun harus menggerutu, resah dan fitnah
karena
mutumanikam yang dinaungi khatulistiwa
adalah
tempat sang bidadari bernyanyi merdu, membasuh jalan hidup
dengan
air sejuk, tanpa bara menerpa........(Semarang , 14 Oktober 2012)
Lagu
Merdu Sang Koruptor
gemercik
air pancuran di tengah dusun..
tak
mampu membasuh bibir kelu dan taring
busukmu..
bilik
bambu beratap rumbai ilalang, tak sedikitpun..
menyejuk
hatimu, apalagi jeruji besi berornamen
peluh
dan kesah rakyat kecil...
kau
seharusnya bernina bobok di lantai pengap;
bukan
menyayat bilah hati sang pilu merana
dengan
adonan keluh, gundah tercabik asa sang rakyat
kau
melintang melawan garis bujur negeri ini
tak
juga jera dengan hardikan suara rakyat....
kau
berkerah putih dengan rajutan benang
sutra...
namun
mampu menjerat leher beribu ilalang
di
padang gersang, tak bernaung sang
penguasa adil
usaikah panggung pongah di tanah yang tadinya teduh
penuh
tarian Ramayana , di serambi negeri bunga
setaman
ataukah
terhempas angin jalang ?....( Semarang , 14 Oktober 2012)
Sauh
lemparkah
sauh, jauh kau kayuh...
dari
perahu yang retak berlayar tak kokoh...
agar
kita mampu menjinjing pagi, semai canda
haluan
tak lagi mencapai kaki langit
berdinding
tatap mata kosong, jalan ke depan
kita
kokohkan ikatan sauh pada tanah bergelar
padi
kuning ayu, tanah beribu harap
tak
ada kata isapan jempol
kita
akan menang, dari sketsa centang perentang
yang
disodorkan petinggi sumbang
kita
dalam sigap mata tak terpincing ....( Semarang , 14 Oktober 2012)
Jalan masih jauh
meluruh..
bara
mendekam sekam
tak
lagi mengusung
keranda
memburu liang
mereda...
merenda
legam
rona
merah membara..
bisikan
setan jahanam
membusung....
terpancung, mengusung terang
ilalang
menantang
tatap
mata tenang
mengepal..
jari
bersatu, jalan lurus
kita
di satu titik
...(
Semarang , 14 Oktober 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar